Tidak asing dengan situasi dalam foto ini?
Koleksi foto diambil dari laman dewey.petra.ac.id dengan caption :
Foto ini diambil pada tahun 1925-an. Karena gedung tersebut mempunyai menara seperti bentuk rokok cerutu, maka orang disekitarnya menamai gedung tersebut sebagai gedung cerutu. Fungsi dari gedung ini dulunya adalah kantor dan sekaligus digunakan untuk gudang. Gedung tersebut dibangun tahun 1916 oleh: N.V. Maatschappij Tot Exploitatie van Het Technish Bureau Gebroeders Knaud.
Namun selain fokus poin pada gedung cerutu, kita bisa melihat hal lain dari foto tersebut. Pertama adalah keberadaan tram listrik yang dimulai pada 1923 yang melayani salah satunya lyn 1 Jembatan merah-Wonokromo. Dan yang kedua adalah gedung disebelah kanan foto. Bagi yang mengenal daerah tersebut maka akan mengingat betul bahwa disebelah kanan foto sekarang berdiri megah gedung Internatio. Lantas bangunan apa itu?
Pada umumnya orang Belanda yang datang ke Surabaya pada abad ke 17 adalah orang kristen, tetapi mereka belum mempunyai tempat peribadatan. Baru pada tahun 1759 Opperkoopman VOC en Gezaghebber in den Oosthoek (Kepala perwakilan dagang dan penguasa Jawa bagian timur) Abraham Christopher Choertsz mendirikan sebuah gereja bagi umat kristen protestan di Surabaya yang terletak di Willemsplein (sekarang taman Jayengrono). Dengan demikian Domini Hendrik Joan Schaarff diangkat menjadi pendeta pertama pada waktu itu. Pada tahun 1808 pada masa gubernur jendral HW Daendels gereja tersebut difungsikan sebagai pabrik pembuat uang logam, sebagai gantinya umat kristen diberi salah satu ruangan didalam kantor residen Surabaya (depan jembatan merah). Baru pada 1815 gedung tersebut difungsikan kembali. Pada tahun 1920 dibangun gereja baru di jl. Bubutan yang diresmikan pada tahun 1922. Di bekas gedung gereja lama sekarang berdiri gedung Internatio yang mulai dibangun pada 1927.
Sumber : Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya (Ir. Handinoto)
Koleksi foto diambil dari laman dewey.petra.ac.id dengan caption :
Foto ini diambil pada tahun 1925-an. Karena gedung tersebut mempunyai menara seperti bentuk rokok cerutu, maka orang disekitarnya menamai gedung tersebut sebagai gedung cerutu. Fungsi dari gedung ini dulunya adalah kantor dan sekaligus digunakan untuk gudang. Gedung tersebut dibangun tahun 1916 oleh: N.V. Maatschappij Tot Exploitatie van Het Technish Bureau Gebroeders Knaud.
Namun selain fokus poin pada gedung cerutu, kita bisa melihat hal lain dari foto tersebut. Pertama adalah keberadaan tram listrik yang dimulai pada 1923 yang melayani salah satunya lyn 1 Jembatan merah-Wonokromo. Dan yang kedua adalah gedung disebelah kanan foto. Bagi yang mengenal daerah tersebut maka akan mengingat betul bahwa disebelah kanan foto sekarang berdiri megah gedung Internatio. Lantas bangunan apa itu?
Pada umumnya orang Belanda yang datang ke Surabaya pada abad ke 17 adalah orang kristen, tetapi mereka belum mempunyai tempat peribadatan. Baru pada tahun 1759 Opperkoopman VOC en Gezaghebber in den Oosthoek (Kepala perwakilan dagang dan penguasa Jawa bagian timur) Abraham Christopher Choertsz mendirikan sebuah gereja bagi umat kristen protestan di Surabaya yang terletak di Willemsplein (sekarang taman Jayengrono). Dengan demikian Domini Hendrik Joan Schaarff diangkat menjadi pendeta pertama pada waktu itu. Pada tahun 1808 pada masa gubernur jendral HW Daendels gereja tersebut difungsikan sebagai pabrik pembuat uang logam, sebagai gantinya umat kristen diberi salah satu ruangan didalam kantor residen Surabaya (depan jembatan merah). Baru pada 1815 gedung tersebut difungsikan kembali. Pada tahun 1920 dibangun gereja baru di jl. Bubutan yang diresmikan pada tahun 1922. Di bekas gedung gereja lama sekarang berdiri gedung Internatio yang mulai dibangun pada 1927.
Sumber : Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya (Ir. Handinoto)
Komentar
Posting Komentar