Jalan-jalan ke Balai Kota Surabaya kali ini ketiga kalinya bagi saya. Pertama pada Oktober 2015 bersama sahabat saya Titis. Kemudian yang kedua pada sekitaran Februari 2016 bersama kawan-kawan pecinta sejarah. Dan yang ketiga adalah dokumentasi berikut saat trip bersama Surabaya Heritage Trip.
Stadhuis te Soerabaia, gedung tersebut sampai sekarang masih digunakan sebagai gedung Balai Kota Madya Surabaya. Selesai dibangun pada tahun 1925 dan terletak di Ondomohen weg (Jl. Taman Surya), Arsitektur dari gedung ini adalah GC. Citroen (1881-1935), yang merupakan arsitek yang bekerja untuk bangunan-bangunan Gemeente pada saat itu.
Di bagian belakang gedung ini terdapat bunker bawah tanah yang dipersiapkan sebagai tempat perlindungan menghadapi perang Dunia II (1939-1945).Kabarnya bunker ini tembus ke rumah dinas Wali Kota di sebelah timur gedung.
Tanggal 1 April 1906 Surabaya ditetapkan sebagai kotamadya (gemeente) dari peraturan 1 Maret 1906. Sejak saat itu semua pemerintahan dijalankan oleh Dewan Kota (Gemeente Raad), dibawah pimpinan Asisten Residen AR. Lutter yang merangkap sebagai walikota sementara. Pada tahun 1906 itu kotamadya belum mempunyai gedung sendiri. Untuk sidang mereka meminjam gedung lain. Sidang pertama tanggal 9 April 1906 diadakan disalah satu ruang gedung Residen Surabaya yang terletak di depan jembatan Merah. Setelah itu kemudian rapat-rapat untuk keperluan kotamadya(Gemeente) dipindahkan ke bagian dalam rumah Bupati dan kantor Asisten Residen di Regestraat (Jl. Kebonrojo). Beberapa tahun kemudian rapat-rapatnya dipindahkan ke Jl. Gemblongan di tempat bekas rumah notaris M. Ferris Smerding. Pada tahun 1919 gedung di Jl. Gemblongan ini ditinggalkan dan pindah ke Jl. Tunjungan, menempati gedung Vrienschap. Baru pada 1927 menempati gedung Stadhuis yang terletak di Ondomohen.
Sejak dibentuknya kotamadya pada tanggal 1 April 1906 Dewan Kota sudah mendapat tugas untuk memenuhi berbagai kebutuhan, antara lain:
Pemeliharaan, perbaikan, pembaharuan dan pembuatan jalan-jalan umum, taman-taman umum termasuk penghijauannya, pembuatan saluran, sumur, papan nama, jembatan-jembatan, kolam renang, WC umum, pacuan kuda, tempat pembantaian, los-los pasar. Pengambilan sampah, saluran jalan umum. Penerangan jalan, pemadam kebakaran, dan pembuatan tempat pemakaman.
source : Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya
Komentar
Posting Komentar